Resensi Novel Bumi Manusia
Oleh : WdsWars
Diterbitkan : Desember 08, 2007
Buku : Bumi Manusia
Penulis : Pramudya Ananta Toer
Tebal : 535 halaman
Penerbit : Lentera dipantara, Jakarta 2006.
Pramoedya
dengan indah menceritakan penderitaan kaum pribumi di bawah
kolonialisme Belanda di Jawa pada akhir abad 19 dan awal abad 20.
Setting cerita adalah Wonokromo, dekat Surabaya di Jawa Timur. Minke,
tokoh utamanya, adalah seorang pelajar HBS, sekolah menengah Belanda
yang bergengsi di jaman itu. Dia bertemu lantas berpacaran dengan
Annelies Mellema, seorang gadis Indo Belanda anak Herman Mellema dengan
Nyai Ontosoroh alias Sanikem. Herman Mellema pernah menjadi
administratur pabrik gula Tulangan. Selanjutnya dia memilih berbisnis di
Wonokromo. Meskipun orang desa, Sanikem cerdas, cekatan dan ambisius
sehingga dia mampu mengelola usaha suaminya, Boerderij Buitenzorg,
menjadi sebuah perusahaan peternakan yang maju pesat.
Setelah lulus
dari HBS Minke menikah dengan Annelies Mellema. Sayang kebahagiaan
mereka tidak berlangsung lama. Suatu hari datang Maurits Mellema, anak
Herman Mellema dengan istri pertamanya di Nederland. Dia marah marah dan
menuntut hak haknya yang dirasa dirampas bapaknya. Pertemuan tak
terduga itu mengguncangkan Herman Mellema dan akhirnya dia lari ke
alkohol dan prostitusi. Pukulan berikut tertuju kepada nyai Ontosoroh,
Minke dan Annelies. Pengadilan Amsterdam tidak mengakui Ontosoroh
sebagai istri dan menetapkan penyitaan harta Herman Mellema dari
Ontosoroh. Mereka juga memerintahkan pengasuhan Annelies kepada Maurits
dan tidak mengakui pernikahan Annelies dengan Minke. Karena itu Annelies
harus dipindah ke Nederland. Vonis ini menimbulkan protes keras.
Eksekusi
vonis menimbulkan pertumpahan darah. Pengawal Nyai melawan dengan
senjata sehingga pemerintah Belanda memakai polisi dan marsose. Akhirnya
Annelies dibawa paksa ke Belanda. Pram dalam novel ini berhasil
menunjukkan kejahatan kolonialisme seperti : diskriminasi ras, hukum
yang kejam dan tidak adil, egois, tidak manusiawi, buta terhadap
realitas sosial, tidak bermoral. Monogami juga tidak selalu lebih baik
daripada poligami. Karena monogami juga hak hak Nyai diinjak injak.
Kalau mereka penganut poligami maka hak hak Nyai akan dilindungi. Paling
tidak dia akan diakui sebagai seorang istri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar